Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 66
Pada pertemuan lalu kita sudah mulai mengkaji beberapa nas yang menjelaskan keistimewaan kalimat hauqolah. Terutama nas-nas yang menyebutkan keistimewaan kalimat ini berbarengan dengan empat kalimat mulia lainnya, yakni tasbih, tahmid, tahlil dan takbir.
Berikut kelanjutannya:
- Kalimat hauqolah merupakan salah satu amal salih yang berpahala abadi
Allah ta’ala berfirman,
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi al-bâqiyat ash-shâlihat (amal salih yang berpahala abadi) lebih baik di sisi Allah pahalanya dan harapannya”. QS. Al-Kahfi (18): 46.
Ayat di atas menjelaskan bahwa harta dan anak tidaklah kekal. Yang akan bermanfaat dan kekal untuk manusia adalah al-bâqiyât ash-shâlihât.
Al-bâqiyât ash-shâlihât adalah seluruh amal ketaatan, baik yang hukumnya wajib maupun yang sunnah. Entah itu yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak para hamba-Nya.[1]
Di antaranya adalah mengucapkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan hauqolah. Demikian penafsiran yang disampaikan beberapa sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Seperti Utsman bin Affan dan Ibnu Umar radhiyallahu’anhum.
Di atas adalah sebagian nas yang menyebutkan keistimewaan kalimat ini berbarengan dengan empat kalimat mulia lainnya, yakni tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Adapun hadits-hadits yang menyebutkan keistimewaan kalimat hauqolah secara khusus, antara lain:
- Kalimat hauqolah merupakan salah satu harta karun surga
Abu Musa al-Asy’ary radhiyallahu’anhu bertutur,
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا”. ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَقَالَ: “يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ”
“Pada suatu hari kami bepergian bersama dengan nabi shallallahu’alaihiwasallam. Setiap kali melewati jalan menanjak kami bertakbir (dengan suara keras). Maka Nabi shallallahu’alaihiwasallam pun bersabda, “Wahai para manusia, kasihanilah diri kalian. Sungguh kalian tidaklah sedang memanggil dzat yang tuli atau sesuatu yang tidak ada. Namun kalian sedang memanggil Dzat Yang Maha mendengar dan Maha melihat!”. Kemudian beliau mendatangiku, dan saat itu aku sedang membaca dengan lirih, “La haula wa la quwwata illa billah”. Maka beliaupun berkata, “Wahai Abdullah bin Qais, ucapkanlah La haula wa la quwwata illa billah. Sungguh ia merupakan salah satu harta karun surga”. HR. Bukhari dan Muslim.
Dalam hadits di atas Nabi shallallahu’alaihiwasallam ingin menjelaskan berbagai amal salih kepada para sahabatnya. Saat beliau melihat mereka mengerjakan amal salih, yakni takbir, beliau menginginkan mereka agar menambahkan amal salih lainnya. Yaitu mengucapkan kalimat hauqolah.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga,24 Muharram 1436 / 17 Nopember2014
Diringkas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (I/296-298).
[1] Baca: Tafsîr as-Sa’diy (hal. 428).
Download Artikel Ini